KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua Bali telah di mulai. Ini merupakan
pertemuan para pemimpin ASEAN yang kedua tahun ini setelah sebelumnya
dilaksanakan di Jakarta bulan Mei 2011. KTT ASEAN kali ini menarik
disimak karena dibarengi dengan KTT ASEAN Plus Three (Jepang, China dan Korea Selatan) pada 18 November. Sedangkan pada 19 November, dilanjutkan dengan KTT Asia Timur ke-6
yang akan dihadiri oleh para pemimpin ASEAN serta Australia, China,
India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat.
Hampir
semua negara yang hadir dalam rangkaian KTT ASEAN di Bali telah
memiliki kerjasama perdagangan bebas dengan ASEAN. Sebagai contoh
ASEAN-China FTA, ASEAN-India FTA, ASEAN-Australia New Zealand FTA,
ASEAN-Korea Selatan FTA, ASEAN-Jepang FTA, dll. Secara bilateral
negara-negara ASEAN juga telah memiliki comprehensive partnership dengan negara-negara yang hadir. Indonesia juga termasuk sangat agresif semisal Economic Partnership Agreement (EPA) dengan Jepang dan comprehensive partnership dengan AS.
Posisi ASEAN
ASEAN
mempunyai posisi sangat penting bagi ekonomi dunia dan akan menjadi
penentu bagi masa depan Asia Timur dalam menggeser hegemoni ekonomi
dunia. ASEAN penting karena akan menjadi pendukung ekonomi negara-negara
industri Asia seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia,
and New Zealand. Dengan beragam komoditas energi dan bahan baku yang
diproduksi oleh ASEAN, maka menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang sangat
penting bagi negara-negara industri dunia.
Bagi China
misalnya, negarea-negara ASEAN adalah pemasok berbagai kebutuhan energi
dan bahan baku. Bagi ASEAN, China juga pasar penting bagi ekspor mereka.
ASEAN juga penting bagi India, karena 99 persen ekspor crude oil dari
Brunei Darussalam untuk India. Sedangkan untuk CPO, 88 persen ekspor
Kamboja dan 58 persen ekspor Indonesia ditujukan ke India.
ASEAN
akan semakin penting ASEAN Community 2015 (Masyarakat ASEAN)
diimplementasikan. Di bidang ekonomi, bersatunya ASEAN dinilai sangat
penting bagi negara-negara partner karena dengan penduduk ± 558 juta
jiwa, ASEAN akan menjadi pasar tunggal raksasa dan dengan tenaga kerja
serta kekayaan alamnya akan menjadi basis produksi yang menjanjikan.
Integrasi
ekonomi ASEAN berarti dihapuskannya semua hambatan investasi dan
perdagangan baik tarif maupun non tariff. Juga diharmonisasikan dan
disederhanakannya berbagai regulasi. Sebagai pasar tunggal dan basis
produksi, pembangunan infrastruktur menjadi penting untuk memperlancar
aliran barang dan jasa, modal maupun tenaga kerja di kawasan ini.
Itu
sebabnya Malaysia tidak berhenti membujuk Indonesia untuk membangun
jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Sumatra dan Malaka. Konon,
jembatan tersebut akan memiliki panjang 127,93 km. Sepanjang 48,69 km
berada di wilayah Malaysia dan 79,24 km berada di wilayah Indonesia.
Alasan yang sama juga mendasari ngototnya China untuk membangunkan
jembatan di Selat Madura yang akan menyambungkan Sumatra dan Jawa karena
akan menyambung rel kereta api yang telah dibangun hingga Thailand
untuk menguasai pasar ASEAN.
Tawaran China dan Malaysia
tentu bukan tawaran tanpa didasari strategi matang atas benefit yang
akan diperoleh. Bayangkan, membangun dan mengoperasikan jalan tol dengan
tawaran tarif 80 US dollar per kendaraan sekali jalan tentu sebuah
bisnis yang menggiurkan. Apalagi di era ASEAN 2015, akan ada potensi
keuntungan yang jauh lebih besar. Murahnya transportasi barang dari akan
mendukung industri manufakur Malaysia. Juga akan menjadikan Sumatra
sebagai pasar semakin potensial bagi industri pariwisata, jasa
pendidikan dan kesehatan Malaysia.
Baik China maupun
Malaysia, akan menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya
termasuk menggunakan dengan maksimal forum KTT ASEAN dengan isu ASEAN
connectivity, misalnya. Demikian juga Jepang, Australia, India dan
Amerika Serikat. Kehadiran mereka dalam rangkaian KTT ASEAN ini tentu
amat sangat penting untuk menjamin arah kebijakan ekonomi ASEAN akan
memberikan manfaat bagi mereka.
Dimana Indonesia?
Ya
lalu dimana Indonesia? Apa yang tengah diimpikan dan disiapkan
Indonesia menyongsong ASEAN 2015. Apa pula mimpi Indonesia di Asia
Pasifik atau dunia? Tentu Indonesia punya pilihan untuk aktif
memposisikan diri atau pasif untuk diposisikan. Pencapaian China menjadi
negara dengan produk manufaktur paling kompetitif di dunia adalah wujud
mimpi China puluhan tahun lalu. Keberhasilan Singapura menjadi negara
industri jasa yang sangat kompetitif juga merupakan buah dari upaya
aktif untuk mewujudkan mimpi itu.
Sulit untuk tidak
mengatakan bahwa mimpi Indonesia terlalu simple dan tidak banyak.
Jangan-jangan malah sekadar menaikkan posisinya dalam G-20. Lalu apa
yang salah? Toh dengan strategi saat ini ekonomi tetap tumbuh,
porsi investasi dan ekspor juga semakin besar. Dengan PDB yang
meningkat, PDB per kapita juga akan meningkat.
Memang
tidak ada yang salah. Hanya akan salah bila perubahan struktur ekspor
Indonsia yang saat ini 70 persennya komoditas primer, sementara tahun
1980-1990 cukup besar porsi produk olahan unggulan Indonesia, kita
anggap sebuah kemunduran. Baru kita anggap keliru bila hasil pembangunan
ekonomi ternyata 60 persennya dinikmati oleh kurang dari 16 persen
penduduk. Hanya akan terhenyak bila pertumbuhan ekonominya ternyata
menghasilkan IPM Indonesia di bawah standar dunia!
Bukankah
ini justru mimpi buruk? Bila mau jujur Indonesia saat ini sangat
menikmati dan membiarkan negara lain maupun industri-industri raksasa
dunia mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk Indonesia. Indonesia terlalu
lelap tidur sampai lupa membangun mimpi untuk dirinya sendiri.
Membuka
diri dan aktif dalam kerjasama ekonomi global, regional maupun
bilateral, memang perlu karena ada potensi manfaat di dalamnya. Namun,
dalam setiap kerjasama ekonomi, unsur persaingan dalam mendapatkan
benefit lebih besar tidak akan pernah hilang. Setiap negara akan membawa
dokumen strategi dalam setiap perundingan agar mendukung mimpinya.
Kehadiran
Presiden Barack Obama dan Hu Jintao ke Bali tentu bukan sekadar
memenuhi undangan Indonsia yang tahun ini menjadi ketua ASEAN. Kedua
negara tersebut, sebagaimana negara lainnya, dipastikan akan
memanfaatkan panggung KTT ASEAN untuk saling lobby dan saling adu
pengaruh di ASEAN. Tanpa mimpi yang jelas, apa yang dikejar Indonesia
dalam KTT ASEAN? Pasti bukan sekadar predikat ketua dan tuan rumah yang
baik. Tapi apa?
Dimuat di Harian “Kompas” edisi 22 November 2011
1 komentar:
Pemimpin Indonesia sibuk mikirin siklus 5 tahunan
Posting Komentar