Rabu, 23 November 2011

Indonesia, Apa yang Kau Kejar?

KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua Bali telah di mulai. Ini merupakan pertemuan para pemimpin ASEAN yang kedua tahun ini setelah sebelumnya dilaksanakan di Jakarta bulan Mei 2011. KTT ASEAN kali ini menarik disimak karena dibarengi dengan KTT ASEAN Plus Three (Jepang, China dan Korea Selatan) pada 18 November. Sedangkan pada 19 November, dilanjutkan dengan KTT Asia Timur ke-6 yang akan dihadiri oleh para pemimpin ASEAN serta Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat.

Hampir semua negara yang hadir dalam rangkaian KTT ASEAN di Bali telah memiliki kerjasama perdagangan bebas dengan ASEAN. Sebagai contoh ASEAN-China FTA, ASEAN-India FTA, ASEAN-Australia New Zealand FTA, ASEAN-Korea Selatan FTA, ASEAN-Jepang FTA, dll. Secara bilateral negara-negara ASEAN juga telah memiliki comprehensive partnership dengan negara-negara yang hadir. Indonesia juga termasuk sangat agresif semisal Economic Partnership Agreement (EPA) dengan Jepang dan comprehensive partnership dengan AS.

Posisi ASEAN
ASEAN mempunyai posisi sangat penting bagi ekonomi dunia dan akan menjadi penentu bagi masa depan Asia Timur dalam menggeser hegemoni ekonomi dunia. ASEAN penting karena akan menjadi pendukung ekonomi negara-negara industri Asia seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, and New Zealand. Dengan beragam komoditas energi dan bahan baku yang diproduksi oleh ASEAN, maka menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang sangat penting bagi negara-negara industri dunia.

Bagi China misalnya, negarea-negara ASEAN adalah pemasok berbagai kebutuhan energi dan bahan baku. Bagi ASEAN, China juga pasar penting bagi ekspor mereka. ASEAN juga penting bagi India, karena 99 persen ekspor crude oil dari Brunei Darussalam untuk India. Sedangkan untuk CPO, 88 persen ekspor Kamboja dan 58 persen ekspor Indonesia ditujukan ke India.

ASEAN akan semakin penting ASEAN Community 2015 (Masyarakat ASEAN) diimplementasikan. Di bidang ekonomi, bersatunya ASEAN dinilai sangat penting bagi negara-negara partner karena dengan penduduk ± 558 juta jiwa, ASEAN akan menjadi pasar tunggal raksasa dan dengan tenaga kerja serta kekayaan alamnya akan menjadi basis produksi yang menjanjikan.

Integrasi ekonomi ASEAN berarti dihapuskannya semua hambatan investasi dan perdagangan baik tarif maupun non tariff. Juga diharmonisasikan dan disederhanakannya berbagai regulasi. Sebagai pasar tunggal dan basis produksi, pembangunan infrastruktur menjadi penting untuk memperlancar aliran barang dan jasa, modal maupun tenaga kerja di kawasan ini.

Itu sebabnya Malaysia tidak berhenti membujuk Indonesia untuk membangun jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Sumatra dan Malaka. Konon, jembatan tersebut akan memiliki panjang 127,93 km. Sepanjang 48,69 km berada di wilayah Malaysia dan 79,24 km berada di wilayah Indonesia. Alasan yang sama juga mendasari ngototnya China untuk membangunkan jembatan di Selat Madura yang akan menyambungkan Sumatra dan Jawa karena akan menyambung rel kereta api yang telah dibangun hingga Thailand untuk menguasai pasar ASEAN.

Tawaran China dan Malaysia tentu bukan tawaran tanpa didasari strategi matang atas benefit yang akan diperoleh. Bayangkan, membangun dan mengoperasikan jalan tol dengan tawaran tarif 80 US dollar per kendaraan sekali jalan tentu sebuah bisnis yang menggiurkan. Apalagi di era ASEAN 2015, akan ada potensi keuntungan yang jauh lebih besar. Murahnya transportasi barang dari akan mendukung industri manufakur Malaysia. Juga akan menjadikan Sumatra sebagai pasar semakin potensial bagi industri pariwisata, jasa pendidikan dan kesehatan Malaysia.

Baik China maupun Malaysia, akan menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya termasuk menggunakan dengan maksimal forum KTT ASEAN dengan isu ASEAN connectivity, misalnya. Demikian juga Jepang, Australia, India dan Amerika Serikat. Kehadiran mereka dalam rangkaian KTT ASEAN ini tentu amat sangat penting untuk menjamin arah kebijakan ekonomi ASEAN akan memberikan manfaat bagi mereka.

Dimana Indonesia?
Ya lalu dimana Indonesia? Apa yang tengah diimpikan dan disiapkan Indonesia menyongsong ASEAN 2015. Apa pula mimpi Indonesia di Asia Pasifik atau dunia? Tentu Indonesia punya pilihan untuk aktif memposisikan diri atau pasif untuk diposisikan. Pencapaian China menjadi negara dengan produk manufaktur paling kompetitif di dunia adalah wujud mimpi China puluhan tahun lalu. Keberhasilan Singapura menjadi negara industri jasa yang sangat kompetitif juga merupakan buah dari upaya aktif untuk mewujudkan mimpi itu.

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa mimpi Indonesia terlalu simple dan tidak banyak. Jangan-jangan malah sekadar menaikkan posisinya dalam G-20. Lalu apa yang salah? Toh dengan strategi saat ini ekonomi tetap tumbuh, porsi investasi dan ekspor juga semakin besar. Dengan PDB yang meningkat, PDB per kapita juga akan meningkat. 

Memang tidak ada yang salah. Hanya akan salah bila perubahan struktur ekspor Indonsia yang saat ini 70 persennya komoditas primer, sementara tahun 1980-1990 cukup besar porsi produk olahan unggulan Indonesia, kita anggap sebuah kemunduran. Baru kita anggap keliru bila hasil pembangunan ekonomi ternyata 60 persennya dinikmati oleh kurang dari 16 persen penduduk. Hanya akan terhenyak bila pertumbuhan ekonominya ternyata menghasilkan IPM Indonesia di bawah standar dunia!

Bukankah ini justru mimpi buruk? Bila mau jujur Indonesia saat ini sangat menikmati dan membiarkan negara lain maupun industri-industri raksasa dunia mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk Indonesia. Indonesia terlalu lelap tidur sampai lupa membangun mimpi untuk dirinya sendiri.

Membuka diri dan aktif dalam kerjasama ekonomi global, regional maupun bilateral, memang perlu karena ada potensi manfaat di dalamnya. Namun, dalam setiap kerjasama ekonomi, unsur persaingan dalam mendapatkan benefit lebih besar tidak akan pernah hilang. Setiap negara akan membawa dokumen strategi dalam setiap perundingan agar mendukung mimpinya.

Kehadiran Presiden Barack Obama dan Hu Jintao ke Bali tentu bukan sekadar memenuhi undangan Indonsia yang tahun ini menjadi ketua ASEAN. Kedua negara tersebut, sebagaimana negara lainnya, dipastikan akan memanfaatkan panggung KTT ASEAN untuk saling lobby dan saling adu pengaruh di ASEAN. Tanpa mimpi yang jelas, apa yang dikejar Indonesia dalam KTT ASEAN? Pasti bukan sekadar predikat ketua dan tuan rumah yang baik. Tapi apa?


Dimuat di Harian “Kompas” edisi 22 November 2011

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Pemimpin Indonesia sibuk mikirin siklus 5 tahunan